"Show me the way," kicaumu pada dunia pagi kemarin, melengkapi status-status galaumu sepanjang hari selama minggu-minggu terakhir ini. Persis seperti para pe-galau- (sebutanku untuk orang-orang yang suka pamer keresahannya di dunia maya) yang selalu memenuhi beranda fesbukku.
Awalnya, ada sih rasa simpati berkelebat di hati. Tapi sayang, rasa simpati itu lama-lama menguap seiring gencarnya kaupamerkan keresahan itu. Kok kesannya kamu tuh cengeng. Tegar sedikit kenapa sih? Masalah itu memang perlu penyelesaian, tapi perlukah semua dunia tahu? Rasanya kurang bijaksana deh.
Jadi, mari sini kutunjukkan jalanmu.
Kalau kamu mau menengok ke belakang dan sedikit saja menyimak, setidaknya kamu akan menyadari berapa jalan yang terbentang. Jangan katakan itu bukan jalanmu! Walau benar itu memang bukan jalanmu, tapi setidaknya akal bisa berperan dan mengajak hati untuk mengerti bahwa jalan itu bisa pula kamu lewati.
Aku mengerti mengapa kamu cenderung memillih jalan yang itu, sebuah jalan mulus yang terlihat begitu lurus. Tapi tahukah kamu bila di penghujung jalan itu justru penuh onak dan batu? Siapkah kamu menghadapi segala rintangan ketika kau terjerembab pada jalan berbatu itu?
Kalau boleh kusarankan, pilihlah jalan berbatu di sebelahnya. Awalnya memang penuh tanjakan dan terjal, tapi di ujungnya jalan itu begitu lurus dan mulus. Kamu hanya perlu sedikit usaha dan kerja keras di awalnya, ya KERJA KERAS! Lalu sesudah itu kamu akan menikmati hasilnya.
Tentu saja kamu tak akan percaya apa yang kukatakan, karena kita sesungguhnya berbeda. Berbeda dalam memaknai jalan mana yang harus ditempuh. Berbeda dalam memaknai arti BEKERJA KERAS. Berbeda pula dalam memaknai arti TALI KELUARGA.
Bahkan ketika tanganku terulur pun, bagimu tak akan ada artinya.
Jadi untuk apa aku menunjukkan jalan itu padamu, bila kamu pun tak pernah berniat untuk menapakinya?
Awalnya, ada sih rasa simpati berkelebat di hati. Tapi sayang, rasa simpati itu lama-lama menguap seiring gencarnya kaupamerkan keresahan itu. Kok kesannya kamu tuh cengeng. Tegar sedikit kenapa sih? Masalah itu memang perlu penyelesaian, tapi perlukah semua dunia tahu? Rasanya kurang bijaksana deh.
Jadi, mari sini kutunjukkan jalanmu.
Kalau kamu mau menengok ke belakang dan sedikit saja menyimak, setidaknya kamu akan menyadari berapa jalan yang terbentang. Jangan katakan itu bukan jalanmu! Walau benar itu memang bukan jalanmu, tapi setidaknya akal bisa berperan dan mengajak hati untuk mengerti bahwa jalan itu bisa pula kamu lewati.
Aku mengerti mengapa kamu cenderung memillih jalan yang itu, sebuah jalan mulus yang terlihat begitu lurus. Tapi tahukah kamu bila di penghujung jalan itu justru penuh onak dan batu? Siapkah kamu menghadapi segala rintangan ketika kau terjerembab pada jalan berbatu itu?
Kalau boleh kusarankan, pilihlah jalan berbatu di sebelahnya. Awalnya memang penuh tanjakan dan terjal, tapi di ujungnya jalan itu begitu lurus dan mulus. Kamu hanya perlu sedikit usaha dan kerja keras di awalnya, ya KERJA KERAS! Lalu sesudah itu kamu akan menikmati hasilnya.
Tentu saja kamu tak akan percaya apa yang kukatakan, karena kita sesungguhnya berbeda. Berbeda dalam memaknai jalan mana yang harus ditempuh. Berbeda dalam memaknai arti BEKERJA KERAS. Berbeda pula dalam memaknai arti TALI KELUARGA.
Bahkan ketika tanganku terulur pun, bagimu tak akan ada artinya.
Jadi untuk apa aku menunjukkan jalan itu padamu, bila kamu pun tak pernah berniat untuk menapakinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar