Hidup tak musti hebat. Sederhana pun bisa berarti ...

Minggu, 07 Februari 2010

Dari "Latihan Dasar Penulisan" bersama mbak Muthi Masfu'ah di PWP

“Semua bisa jadi penulis. Anak-anak saja bisa, apalagi kita…” Tulisan yang terpampang di LCD screen Ruang Seruni pada tanggal 10 Februari 2009 setahun yang lalu itu begitu sederhana, dibawakan oleh Mbak Muthi Masfuah dari FLP Kaltim. Tetapi justru kalimat sederhana itu menggelitik keinginan saya untuk mencoba sesuatu yang pernah menjadi angan-angan di masa remaja. Menulis, menulis, menulis… tapi menulis apa ya? Banyak ide berseliweran di kepala. Banyak kisah nyata dan pembangkit semangat yang sangat sayang untuk dilewatkan menjadi sebuah tulisan, tapi begitu tangan mulai menekan keyboard computer dan pikiran mencari kata-kata yang tepat untuk memulai sebuah tulisan, ide yang tadi serasa cemerlang menguap begitu saja. Buntu tanpa tahu jalan keluar dimana.

“Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu. Menulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri” Nah, kalau yang ini sepertinya mudah ya? Mbak Muthi bisa saja membangkitkan semangat dengan mengutip kata-kata JK ROWLING. Kebetulan saya menemukan sebuah buku harian 20 thn yang lalu yang masih tersimpan, agak heran juga setelah menyadari dulu begitu mudahnya menuliskan perasaan hati walau untuk konsumsi sendiri, paling tidak dari tulisan tangan yang tanpa coretan itu kata-kata mengalir begitu saja bagaikan air tanpa sedikitpun ragu. Dan membacanya kembali di usia kepala 4 seperti ini menjadikannya seperti memutar sebuah film lama di kepala yang membuat hati tersedu dan kadang tertawa mengingatnya. Tapi itu dulu, kenyataannya saat ini ketika jemari mulai menari menekan huruf, lha kok jadi bertele-tele banget hasil tulisannya, banyak nggak nyambungnya, bolak-balik ngetik dan delete, waduh… ternyata sulit juga membuat tulisan.

“Jangan menyerah!” Hati kecil memberi semangat. Kan mbak Muthi juga menyampaikan “Menulis itu bagaikan berenang. Betapapun seringnya seseorang mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang renang, ia tetap tidak akan bisa berenang selama ia tidak menceburkan diri ke dalam kolam renang” Okelah kalau begitu mbak Muthi. Untuk menceburkan diri pada dunia menulis, akhirnya saya putuskan menuliskan apa-apa yang sudah mbak Muthi sampaikan pada 4x pertemuan Latihan Dasar Penulisan.

Menurut mbak Muthi syarat menjadi penulis itu adalah : Be your self, memiliki mimpi, memiliki cinta. Wow, ketiganya sudah kumiliki! Berarti saya bisa menjadi penulis kan? Tunggu dulu. Untuk menjadi penulis, ternyata ada beberapa tips yang harus dilakukan:

1. Berteman baik dengan buku, majalah, koran dan kamus.
2. Berdiskusi dengan teman, orang yang memiliki pengalaman / pengetahuan
3. Senang melakukan perjalanan
4. Membuat catatan untuk setiap peristiwa baik kejadian biasa maupun luar biasa
5. Menulis diary

Oow… tips yang mudah, tapi belum saya lakukan. Kelihatannya, saya belum bisa menjadi Penulis nih. :(