Hidup tak musti hebat. Sederhana pun bisa berarti ...

Jumat, 27 Juli 2012

Ketika Kursi Makan Terisi Semua

Satu hal yang menyenangkan adalah, melihat 6 kursi makan lengkap terisi. Ada Mbah Uti, ada Ayangku, ada kakak Gusti, ada kakak Bagas, ada dek Dhiya. Dan ini kunikmati mulai petang ini selama sebulan ke depan. Berbuka puasa bersama, menikmati rezeki yang Allah limpahkan, tertawa dan bercanda. Satu hal yang hanya bisa kunikmati setahun sekali.



Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Dua jagoanku sudah beranjak remaja. Postur mereka lebih tinggi dari Abinya. Memandang mereka bertiga, aku seringkali takjub sendiri. Tanpa diminta, aku jadi selalu ingin menceritakan kelakuan mereka waktu kecil, dan hatiku begitu senang ketika mereka tertawa bersama.

Seperti petang ini, ketika Kakak Gusti baru saja tiba dari perjalanan Bandung-Bontang. Aku peluk Dhiya sambil memujinya. Bukan apa-apa, ini hari ke 7 Dhiya menunaikan puasanya dengan baik. Berbuka dengan semangat, dan menikmati makan sahur dengan baik. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang sahur sambil berbaring dan mata terpejam ketika kecil, sampai Abi musti berulang kali menepuk mereka sambil melakukan suap demi suap bergantian. Tentu saja mata Dhiya berbinar penuh semangat, merasa dirinya lebih hebat dari kakak-kakaknya hehehe..

Mbah Uti juga terlihat senang, kumpul makan bersama di satu meja makan seperti ini. Ayangku, tentu saja gembira pula. Ayah mana sih yang tak senang melihat ketiga jagoannya sehat semua. Aku apalagi. Sungguh buka bersama petang ini meyakinkan aku pada satu hal, aku semakin mencintai mereka.


Bontang, 27 Juli 2012.
Di tempat tinggalku yang terletak di tepi hutan tak jauh dari tepi laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar