Bagasku Pulang

Lewat tengah malam waktu Indonesia Bagian Bontang. SMS dari anakku, "Adek sudah sampai di Ramayana."

Hari ini Bagas pulang dari turnament sepakbola kelompok umur 15 dalam rangka Hari Olahraga Nasional. Pertandingannya diadakan di lapangan C Panahan Gelora Bung Karno Jakarta. Team SSB Kompak Bontang terpilih mewakili Kaltim dalam ajang memperebutkan piala MENPORA ini.

Penerbangan Jkt-Bpp dilanjutkan perjalanan darat Bpp-Btg yg memakan waktu 5 jam membuat kami menunggu sampai lewat tengah malam untuk menjemputnya.



Bergegas kami menyalakan mobil dan meluncur menuju kantor Pemkot. Alhamdulillah, jagoanku pulang dalam keadaan sehat dan penuh sukacita. Sepanjang perjalanan dari kantor Pemkot menuju rumah, ada-ada saja yang diceritakan jagoanku ini. Misalnya tentang team lawan yang pesertanya berbadan besar-besar dan dia tebak usianya jauh diatas team SSB Kompak.

"Ah, gak mungkin lah De! Kan syaratnya usia 15. Mungkin memang badannya saja yang bongsor," tukasku.

"Ais, bener kok, Mi! Wong mukanya muka tua-tua kok! Beda sama kita yang memang masih anak-anak. Cuma Medan saja yang pemainnya seusia kita-kita, makanya Kompak bisa menang lawan mereka. SSB lain itu pelatihnya aja pelatih dari luar, seperti pelatihnya klub-klub sepakbola nasional. Pemainnya juga pemain-pemain PON, lha kita?" terangnya.

"Yaaa, gimana mau maju persepak-bolaan di Indonesia kalau untuk hal-hal begini saja harus memanipulasi usia?" kataku. "Sudahlah, dengan keadaan kalian yang seadanya, dan kalian bisa juara 3 saja, itu sudah menunjukkan kalian patut diperhitungkan. Mustinya kalian bangga!" ujarku menghibur.

"Terus, setelah selesai bertanding kalian jalan-jalan kemana?" tanya suamiku.

"Ke Gelora Bung Karno, Ragunan, Cibubur Junction," ucap Bagas dan Aan sahabatnya.

"Hah, cuma kesitu?" tanyaku menggoda.

"Iya lah, Mi. Yang tiketnya murah kan cuma itu. Adek masuk ke lapangan bola Senayan lho Mi, wuiiiih, besarnya! Kebayang kalau main bola disana disaksikan ribuan penonton, apa nggak keder? Lapangan bola yang biasa dipakai pemain nasional itu lho. Wuih, enggak sembarang orang boleh masuk, tapi rombongan kami boleh masuk lho, Mi. Sudah kuinjak-injak rumput Senayan kemarin. Seneng banget!"

Hahahaha... aku tertawa, membayangkan jagoanku menginjak-nginjak rumput di Senayan. Cita-citanya ingin menjadi pemain sepakbola terkenal. Semoga menjadi kenyataan ya, sayang.

"Di Cibubur Junction, adek lihat jam tangan G-Shock asli Umi. Harganya satu setengah juta. Wah, nggak jadi beli deh. Mana cukup duitku? Padahal Adek naksir banget! Bentuk dan warnanya Adek suka! Tau gitu Adek bawa duit lebih deh waktu berangkat," ceritanya lagi.

Aku teringat uang bekal yang kuberikan padanya. Jagoanku yang ini anaknya hemat dan teguh bila menginginkan sesuatu. Tak jarang ia rela menyimpan uang jajannya hanya untuk mewujudkan impiannya memiliki sesuatu. Ya, apa boleh buat... belum rejeki aja kali Dek, moga suatu saat impianmu memiliki jam itu terwujud, doaku.

Satu cerita terakhirnya sebelum mobil kami sampai di rumah :

Teman-temanku di SSB Kompak itu, rata-rata belum pernah naik pesawat. Jadi kebayang kan bagaimana tingkah mereka?
Waktu pesawat mulai mengudara mereka teriak-teriak kesakitan karena telinganya berdengung.

"Kamu kok gak kelihatan sakit sih, Gas? Gimana caranya?" tanya mereka.

"Telan ludah sana!" kataku.

Salah satu dari mereka ada yang membeli makanan di pesawat. Cuma beli biskuit Better aja lho. Dia ngeluarin uang duaribu. Berapa sih harga biskuit itu di pasaran, ga lebih dari seribu perak kan? Tapi mereka nggak tau kalau di pesawat itu harga barang bisa 10x lipat. Jelas saja pramugarinya bilang "Kurang, dik!"

Akhirnya, berapa coba mereka harus bayar? 20 ribu! Kasiankan?
Sudah gitu mereka bilang begini ke pramugarinya, "Angsulnya, Kak!" maksudnya minta kembaliannya. Mana pramugarinya ngerti apa itu angsul, bilang kek 'kembaliannya' hahaha...


Kupikir ceritanya kan berakhir disini, ternyata penat tak jua menghalau rasa senangnya bercerita. Sambil membuka sepatu dan kaos kakinya, dia bercerita lagi, "Wuih, di Jakarta gampang banget ketemu artis."
"Ah, masa?" kataku.
"Bener! Adek ketemu Uya Kuya di Cibubur pas mau shalat Jum'at. Terus aku ketemu rapper Saint Loco," katanya bersemangat.
"Siapa tuh Saint Loco?" tanyaku lagi *maklum ga pernah ngikutin musik, jadi gak ngeh banget kalau anakku cerita nama-nama penyanyi sekarang.
"Ya rapper, Umi. Yang lagunya suka kunyanyiin," ujar Bagas berapi-api.
"Terus adek sempet foto-foto?" tanya Abi.
"Iya, dong! Waktu itu kan di ruang tunggu bandara. Aku langsung deketin dan minta foto. Karena aku pake seragam kontingen SSB, dia nanya 'Mau main bola ya, dik? Dari mana?' Aku bilang kalau dari Bontang. Terus dia ngedoain semoga kita menang, yeee... padahal sudah selesai pertandingannya, kita sudah mau pulang ke Bontang. Menang nggak tanyanya. Menang dong, Kak. Wah selamat ya! Wuih... senengnya adek ketemu raper"
Waduh, ternyata diam-diam anakku juga punya idola penyanyi *sedih deh dirikyu.


Bontang, 25 Oktober 2011.
Sekelumit cerita jagoanku di akhir perjalanan turnamen sepakbolanya.
Diiringi doa kami, semoga cita-citamu tercapai Nak.