Apa yg mengesankan tentang SMP Negeri 2 Cimahi? Bangunannya yg tua. Itu dia! Dengan arsitektur khas peninggalan jaman Belanda, SMPN2 adalah salah satu sekolah yg sebagian bangunannya antik, bergaya tempo doeloe. Juliana School namanya konon menurut sebuah sumber. Lonceng antiknya yg ada di sebelah gedung kantor kepala sekolah bertuliskan tahun 1902. Wah, lama banget!
Masuk SMPN2 di tahun 1982, seperti biasa masa orientasi & Penataran P4. Sedikit kerjaan dari para senior : mengumpulkan Koran terbitan SINAR HASIBUAN (yah, mana ada! Saat itu yg terbit kan harian SINAR HARAPAN), mengumpulkan kacang hijau seratus butir + gula merah 3 cm, bawa sapu lidi, dll.
Tapi yg paling menyedihkan adalah, karena saat itu bertepatan dengan usai meletusnya Gunung Galunggung, maka sekolah kita kusam ditimpa abu. Nah, ternyata tugas anak-anak baru seperti kitalah yg kebagian membersihkan lapangan basket yg tertutup abu. Hasil pengumpulan abu itu ditumpuk dalam karung yg lumayan banyaknya di pinggir lapangan basket. Tapi tak mengapa, bukankah yg akan menggunakan lapangan itu akhirnya kita-kita juga.
Paling menyenangkan bagi saya, kalau sudah bertemu dengan pelajaran ketrampilan. Setiap anak yg punya hobi sama pasti mengambil ketrampilan yg sama. Mulai dari bertukang, berkebun, memasak, menjahit, menari, bermain suling, basket, volley dll, asyik banget deh pelajarannya. Kita bisa duduk-duduk di taman hasil karya teman-teman kita sendiri sambil ngeceng si “doi”.
Inget nggak bangku-bangku temboknya buatan siapa? Pot-pot bunga besarnya buatan siapa? Tamannya? Kayaknya kalau jaman sekarang, pelajaran itu tidak begitu diminati. Masak? njahit?? nukang??? nggak lah ya! Padahal kalau saya ingat-ingat, teman-teman SMP saya itu, sekecil itu, sudah terampil menghias kue, membentuk krim menjadi mawar, membuat baju sekolah, top scorer basket ball, atlit volley, atletic, penari handal dll. Betapa hal itu akan berguna sekali untuk sebuah profesi di saat usia dewasa.
Jadi, walaupun tidak sekelas , pada saat pelajaran ketrampilan jadi bisa sekelas. Dan biasanya mata pelajaran ini merupakan kesempatan emas bagi teman-teman yg suka kabur untuk ngacir meninggalkan sekolah sampai pelajaran ketrampilan selesai. Atau janjian untuk ngedate di kantin sekolah, he..he.. Bayangkan! seminggu ada 3x pelajaran ketrampilan yg masing-masing durasinya sekitar 2 jam mata pelajaran.
Guru killer? Wah, jangan ditanya. Pasti jawabnya Pak Sobarna, Pak Simon & Pak Edi. Jangan bermain-main dengan mereka, kalau tidak, siap-siap saja menerima hukuman jantur, lari keliling lapangan basket atau ditempeleng sekalian. Wah, untung ya jaman itu HAM belum terlalu diagung-agungkan. Kalau tidak, guru-guru terbaik kita itu bisa-bisa diadukan ke Komisi Perlindungan Anak.
Pernah suatu kali pada saat pelajaran bhs Inggris, tanpa sadar saya asyik memencet ballpoint Pilot terus-menerus hingga berirama cetak-cetek. Bagi telinga saya itu mengasyikan, tapi tidak bagi Pak Edi. Saat itu juga saya dihukum push-up di hadapan teman-teman sebanyak 10X.
Tapi sungguh, segalak apapun mereka, merekalah guru terbaik saya. Sebenarnya tidak banyak yg mereka harapkan dari kita, kecuali menyimak pelajarannya dan memperoleh nilai yang baik. Itu saja! Tapi dasarnya anak-anak yg baru mulai gede, memberontak adalah hal yg paling disukai. Membuat mereka marah adalah hal yg sangat menyenangkan. Terbayang kan ketika pelajaran suling berlangsung, ada yang jahil sebelumnya dengan mengoleskan cabe rawit pada seruling bambu milik teman-teman sekelas. Heboh banget pokoknya!
Bicara teman-teman masa ABG, pasti tak luput dengan masa cinta monyet, first love atau apalah istilahnya. Monyet-monyet yg bercinta haha. Jangan samakan dengan kisah cinta di sinetron jaman sekarang. Dulu boro-boro mau pegangan tangan, melihat si dia lewat di hadapan kita saja, serrrr…. jantung berdegup kencang, apalagi kalau diberi senyum manis dan sapaannya, waduh berbunga-bunga rasanya. Ah, jadi malu. Karena jujur saja, di masa SMP, saya bukanlah tipe perempuan STP (suka tebar pesona). Dengan wajah biasa-biasa saja nyaris tak ada yang istimewa, bagaimana mungkin saya berharap seseorang tertarik pada saya. Kacian deh…he.he.
Setiap semester, selalu ada Class Meeting. Dan yg paling berkesan bagi saya tentu saja pertandingan basket antar kelas. Kenapa? Ya, karena saat itulah kita pasti akan berteriak-teriak menjagokan kelas masing-masing. Kesetiakawanan muncul. Bahkan sampai kelahi mbela-mbelain kelas. Apalagi kalau guru wali kelasnya masih muda dan dekat dengan muridnya seperti bu Lili atau Pak Edi, pasti deh seru. Ingatkan siapa jago basket di angkatan kita? Yah, bagi yg merasa, ngacung aja deh ga usah ragu-ragu.
Saat itu di kelas 3, kelas saya 3A yg kebetulan anak-anaknya tidak biasa bermain basket, harus bertarung melawan kelas yg primadona basketnya ada di sana. Wah, sudah kalah mental duluan deh! Tapi untungnya teman-teman sekelas kompak, memberi semangat. Bola toh bulat, akhirnya kami bisa juga maju ke final tanpa point yg memalukan.
Mungkin benar nasihat kakak saya pada waktu itu, “Kalau engkau ingin dikenang, jadilah yg “ter” karena orang lain hanya akan mengingat kelebihanmu itu. Entah kelebihan itu berupa TERBAIK, TERBODOH, TERPINTAR, TERNAKAL, TERCANTIK, TERKASEP, TERPENDEK, TERJANGKUNG, TERKURUS, TERLUCU, TERJUDES, TERGENDUT dan TER-TER yg lainnya.”
Tapi teman-teman yg biasa-biasa saja, tetap juga terkenang, karena setiap orang itu punya keistimewaan. Dan terkadang, dari yg biasa-biasa itu, tanpa terduga berkembang menjadi seorang yg ruarrrrrr biasa!
Bontang, 20 Mei 2009
Masuk SMPN2 di tahun 1982, seperti biasa masa orientasi & Penataran P4. Sedikit kerjaan dari para senior : mengumpulkan Koran terbitan SINAR HASIBUAN (yah, mana ada! Saat itu yg terbit kan harian SINAR HARAPAN), mengumpulkan kacang hijau seratus butir + gula merah 3 cm, bawa sapu lidi, dll.
Tapi yg paling menyedihkan adalah, karena saat itu bertepatan dengan usai meletusnya Gunung Galunggung, maka sekolah kita kusam ditimpa abu. Nah, ternyata tugas anak-anak baru seperti kitalah yg kebagian membersihkan lapangan basket yg tertutup abu. Hasil pengumpulan abu itu ditumpuk dalam karung yg lumayan banyaknya di pinggir lapangan basket. Tapi tak mengapa, bukankah yg akan menggunakan lapangan itu akhirnya kita-kita juga.
Paling menyenangkan bagi saya, kalau sudah bertemu dengan pelajaran ketrampilan. Setiap anak yg punya hobi sama pasti mengambil ketrampilan yg sama. Mulai dari bertukang, berkebun, memasak, menjahit, menari, bermain suling, basket, volley dll, asyik banget deh pelajarannya. Kita bisa duduk-duduk di taman hasil karya teman-teman kita sendiri sambil ngeceng si “doi”.
Inget nggak bangku-bangku temboknya buatan siapa? Pot-pot bunga besarnya buatan siapa? Tamannya? Kayaknya kalau jaman sekarang, pelajaran itu tidak begitu diminati. Masak? njahit?? nukang??? nggak lah ya! Padahal kalau saya ingat-ingat, teman-teman SMP saya itu, sekecil itu, sudah terampil menghias kue, membentuk krim menjadi mawar, membuat baju sekolah, top scorer basket ball, atlit volley, atletic, penari handal dll. Betapa hal itu akan berguna sekali untuk sebuah profesi di saat usia dewasa.
Jadi, walaupun tidak sekelas , pada saat pelajaran ketrampilan jadi bisa sekelas. Dan biasanya mata pelajaran ini merupakan kesempatan emas bagi teman-teman yg suka kabur untuk ngacir meninggalkan sekolah sampai pelajaran ketrampilan selesai. Atau janjian untuk ngedate di kantin sekolah, he..he.. Bayangkan! seminggu ada 3x pelajaran ketrampilan yg masing-masing durasinya sekitar 2 jam mata pelajaran.
Guru killer? Wah, jangan ditanya. Pasti jawabnya Pak Sobarna, Pak Simon & Pak Edi. Jangan bermain-main dengan mereka, kalau tidak, siap-siap saja menerima hukuman jantur, lari keliling lapangan basket atau ditempeleng sekalian. Wah, untung ya jaman itu HAM belum terlalu diagung-agungkan. Kalau tidak, guru-guru terbaik kita itu bisa-bisa diadukan ke Komisi Perlindungan Anak.
Pernah suatu kali pada saat pelajaran bhs Inggris, tanpa sadar saya asyik memencet ballpoint Pilot terus-menerus hingga berirama cetak-cetek. Bagi telinga saya itu mengasyikan, tapi tidak bagi Pak Edi. Saat itu juga saya dihukum push-up di hadapan teman-teman sebanyak 10X.
Tapi sungguh, segalak apapun mereka, merekalah guru terbaik saya. Sebenarnya tidak banyak yg mereka harapkan dari kita, kecuali menyimak pelajarannya dan memperoleh nilai yang baik. Itu saja! Tapi dasarnya anak-anak yg baru mulai gede, memberontak adalah hal yg paling disukai. Membuat mereka marah adalah hal yg sangat menyenangkan. Terbayang kan ketika pelajaran suling berlangsung, ada yang jahil sebelumnya dengan mengoleskan cabe rawit pada seruling bambu milik teman-teman sekelas. Heboh banget pokoknya!
Bicara teman-teman masa ABG, pasti tak luput dengan masa cinta monyet, first love atau apalah istilahnya. Monyet-monyet yg bercinta haha. Jangan samakan dengan kisah cinta di sinetron jaman sekarang. Dulu boro-boro mau pegangan tangan, melihat si dia lewat di hadapan kita saja, serrrr…. jantung berdegup kencang, apalagi kalau diberi senyum manis dan sapaannya, waduh berbunga-bunga rasanya. Ah, jadi malu. Karena jujur saja, di masa SMP, saya bukanlah tipe perempuan STP (suka tebar pesona). Dengan wajah biasa-biasa saja nyaris tak ada yang istimewa, bagaimana mungkin saya berharap seseorang tertarik pada saya. Kacian deh…he.he.
Setiap semester, selalu ada Class Meeting. Dan yg paling berkesan bagi saya tentu saja pertandingan basket antar kelas. Kenapa? Ya, karena saat itulah kita pasti akan berteriak-teriak menjagokan kelas masing-masing. Kesetiakawanan muncul. Bahkan sampai kelahi mbela-mbelain kelas. Apalagi kalau guru wali kelasnya masih muda dan dekat dengan muridnya seperti bu Lili atau Pak Edi, pasti deh seru. Ingatkan siapa jago basket di angkatan kita? Yah, bagi yg merasa, ngacung aja deh ga usah ragu-ragu.
Saat itu di kelas 3, kelas saya 3A yg kebetulan anak-anaknya tidak biasa bermain basket, harus bertarung melawan kelas yg primadona basketnya ada di sana. Wah, sudah kalah mental duluan deh! Tapi untungnya teman-teman sekelas kompak, memberi semangat. Bola toh bulat, akhirnya kami bisa juga maju ke final tanpa point yg memalukan.
Mungkin benar nasihat kakak saya pada waktu itu, “Kalau engkau ingin dikenang, jadilah yg “ter” karena orang lain hanya akan mengingat kelebihanmu itu. Entah kelebihan itu berupa TERBAIK, TERBODOH, TERPINTAR, TERNAKAL, TERCANTIK, TERKASEP, TERPENDEK, TERJANGKUNG, TERKURUS, TERLUCU, TERJUDES, TERGENDUT dan TER-TER yg lainnya.”
Tapi teman-teman yg biasa-biasa saja, tetap juga terkenang, karena setiap orang itu punya keistimewaan. Dan terkadang, dari yg biasa-biasa itu, tanpa terduga berkembang menjadi seorang yg ruarrrrrr biasa!
Bontang, 20 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar