Matahari telah meninggi. Perayaan milad di sebuah sekolah TK hampir saja berakhir. Mobil kami parkir ketika satu-persatu pengunjung mulai meninggalkan lokasi acara. Tinggal segelintir orang yang masih bertahan menyaksikan sisa acara. Bazar yang digelar pun sudah mulai sepi. Kami putuskan untuk pulang saja karena acara hampir berakhir.
Ketika menyalakan mesin mobil, di depan kami berhenti sebuah mobil sedan. Seorang ibu muda dan anaknya yang masih duduk di bangku TK sepertinya sedang berdebat tentang sesuatu. Tiba-tiba kaca mobil sedan diturunkan, tanganpun terulur. Tanpa perasaan bersalah, sebuah bungkus plastik kemasan makanan ringan melayang dari tangan ibu muda, jatuh tepat di aspal jalan yang mulus dan bersih. Kaca mobil tertutup kembali dan mobil pun berlalu……
Pemandangan yang biasa? Ah, ingin saya katakan pada pemilik sampah itu, “Bu… bu, barang milik ibu tercecer!”
Bukan sekali ini melihat hal seperti itu. Coba perhatikan, seringkali setiap usai sebuah perayaan digelar, tumpukan sampah di mana-mana, bukan di tempat sampah (ah tenang saja, kan nanti juga ada petugas kebersihan yang membereskannya).
Seringkali setiap usai shalat Ied, koran dan tas kresek berhamburan di mana-mana bukan di tong sampah yang telah disediakan (ah, itu kan tugas pemulung, bukankah dia juga dapat rejeki dari koran yang berserakan?).
Ibu-ibu yang pernah melaksanakan ibadah haji, apa yang terkenang ketika masuk kamar mandi perkemahan Haji Indonesia di Arafah maupun Mina? Tumpukan panti shield dan pembalut yang berserakan di sudut kamar mandi. Apakah di sekitar kamar mandi tidak ada tong sampah? Ada, dan isinya tak sampai sepertiganya! Lalu kenapa? Kenapa tak bersabar untuk membawa sampah ke tempatnya yang terletak tak begitu jauh? Kenapa tega meninggalkannya sembarangan teronggok di sudut kamar mandi yang membuat orang jadi sebal ketika masuk kamar mandi? (Ah, mungkin ini pengalaman haji di tahun 2004, mudah-mudahan sekarang sudah tidak begitu…, atau justru semakin parah? Entahlah…).
Ibu, wanita yang paling dekat dengan anak-anak. Darimulah segala contoh berawal.
Mungkin terasa sepele, tapi... seperti apa generasi kelak jika di saat belia mereka terbiasa melihat perilaku buang sampah sembarangan?
Bontang, 22 Mei 2010
Ketika menyalakan mesin mobil, di depan kami berhenti sebuah mobil sedan. Seorang ibu muda dan anaknya yang masih duduk di bangku TK sepertinya sedang berdebat tentang sesuatu. Tiba-tiba kaca mobil sedan diturunkan, tanganpun terulur. Tanpa perasaan bersalah, sebuah bungkus plastik kemasan makanan ringan melayang dari tangan ibu muda, jatuh tepat di aspal jalan yang mulus dan bersih. Kaca mobil tertutup kembali dan mobil pun berlalu……
Pemandangan yang biasa? Ah, ingin saya katakan pada pemilik sampah itu, “Bu… bu, barang milik ibu tercecer!”
Bukan sekali ini melihat hal seperti itu. Coba perhatikan, seringkali setiap usai sebuah perayaan digelar, tumpukan sampah di mana-mana, bukan di tempat sampah (ah tenang saja, kan nanti juga ada petugas kebersihan yang membereskannya).
Seringkali setiap usai shalat Ied, koran dan tas kresek berhamburan di mana-mana bukan di tong sampah yang telah disediakan (ah, itu kan tugas pemulung, bukankah dia juga dapat rejeki dari koran yang berserakan?).
Ibu-ibu yang pernah melaksanakan ibadah haji, apa yang terkenang ketika masuk kamar mandi perkemahan Haji Indonesia di Arafah maupun Mina? Tumpukan panti shield dan pembalut yang berserakan di sudut kamar mandi. Apakah di sekitar kamar mandi tidak ada tong sampah? Ada, dan isinya tak sampai sepertiganya! Lalu kenapa? Kenapa tak bersabar untuk membawa sampah ke tempatnya yang terletak tak begitu jauh? Kenapa tega meninggalkannya sembarangan teronggok di sudut kamar mandi yang membuat orang jadi sebal ketika masuk kamar mandi? (Ah, mungkin ini pengalaman haji di tahun 2004, mudah-mudahan sekarang sudah tidak begitu…, atau justru semakin parah? Entahlah…).
Ibu, wanita yang paling dekat dengan anak-anak. Darimulah segala contoh berawal.
Mungkin terasa sepele, tapi... seperti apa generasi kelak jika di saat belia mereka terbiasa melihat perilaku buang sampah sembarangan?
Bontang, 22 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar